Reporting
Mendukung Difabel Berkarier Profesional
Sekelompok orang berinisiatif membuat sejumlah program yang mendukung para difabel dalam mencari pekerjaan. Ada yang melalui jalur advokasi dan ada yang membuat wadah untuk mempertemukan difabel dengan perusahaan penyedia kerja.
Sekretaris DPD Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Bali, Ade Wirawan, menjadi mentor dalam pelatihan bahasa isyarat di Inklusiv Warung, Canggu, Bali, 9 November 2022. TEMPO/Nita Dian. tempo : 168139889813_9874999
Sulitnya berkomunikasi di dunia kerja pernah menjadi kendala utama bagi Ade Wirawan sebagai insan Tuli. Ia tiga kali menjadi pegawai magang di sebuah perusahaan. Walau menguasai bahasa Indonesia formal, Ade belum merasakan adanya aksesibilitas dalam komunikasi antara Tuli dan Dengar, terlebih ketika sesi wawancara kerja.
Ade menuturkan kelompok difabel, terutama minoritas linguistik bahasa isyarat lainnya juga masih banyak yang belum memiliki kesadaran akan hak aksesibilitas tersebut. “Padahal sudah ada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas,” kata Ade kepada Tempo lewat jawaban tertulis, Senin, 7 November lalu. Regulasi menjamin hak aksesibilitas penyandang disabilitas untuk memanfaatkan fasilitas publik dan mendapatkan akomodasi layak.
Dari pengalaman inilah, Ade kini aktif mengedukasi dan mengadvokasi perusahaan, pelaku UMKM, serta pemerintah mengenai dunia kerja bagi anggota Tuli. Di bawah payung sebuah organisasi bernama Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin), Ade turut menjalankan sejumlah program advokasi ini sebagai Sekretaris DPD Gerkatin Bali.
Gerkatin terbentuk dari beberapa komunitas organisasi Tuli yang bersifat kedaerahan. Pada 23 Februari 1981, sejumlah pimpinan komunitas itu sepakat mengadakan kongres. Hasil kongres pertama di Jakarta itu menghasilkan keputusan, antara lain menyempurnakan nama organisasi menjadi satu, yaitu Gerkatin. Nama organisasi ini pun selanjutnya terdaftar sejak 1983 sebagai anggota Federasi Tunarungu Dunia yang bermarkas di Helsinki, Finlandia.
Pekerja mengikuti pelatihan bahasa isyarat di Inklusiv Warung, Canggu, Bali, 9 November 2022. TEMPO/Nita Dian
Menurut Ade, Gerkatin hadir untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan hak asasi manusia warga Tuli. Selain itu, untuk menghilangkan diskriminasi dalam aspek kehidupan dan penghidupan. “Serta mengupayakan persamaan hak kebutuhan aksesibilitas teknologi informasi dan komunikasi berupa takrir dan bahasa isyarat bagi insan Tuli.”
Gerkatin juga bertujuan menghimpun Tuli warga negara Indonesia, menjalin persatuan komunitas Tuli dan non-Tuli, menggali dan meningkatkan potensi sumber daya manusia Tuli, serta membina dan mengembangkan kerja sama dengan organisasi serta komunitas Tuli di dalam dan luar negeri. Kemudian berperan aktif membantu melaksanakan usaha pemerintah dalam program pengembangan kesejahteraan sosial bagi tunarungu, mengupayakan pemenuhan hak-hak Tuli, serta memperjuangkan kesamaan kesempatan Tuli dan aspek kehidupan serta penghidupan.
Selain Gerkatin, ada Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo). Ade turut aktif di dalamnya sebagai anggota pengurus Pusbisindo Cabang Bali sejak tahun lalu. Organisasi ini menyediakan kelas dan pelatihan bahasa isyarat atau bahasa kedua bagi insan Dengar. Jumlah pesertanya bisa mencapai 153 orang dari level 1 hingga 3. Mereka, kata Ade, berasal dari berbagai profesi. Namun mayoritas dari bidang pelayanan publik, seperti dokter, psikolog, dan guru. Selain itu, ada karyawan perusahaan dan pelaku UMKM.
Ade berharap kelas pelatihan ini dapat meningkatkan kesadaran insan Dengar untuk berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dengan warga Tuli. “Bahasa isyarat adalah bahasa untuk membuka kesempatan dan pendekatan dengan orang Tuli agar menyediakan aksesibilitas serta fasilitas dalam dunia kerja,” tutur pria yang bekerja sebagai HRD di restauran Inklusiv Warung ini.
Pendiri Kerjabilitas, Rubby Emir. Dok. TEMPO/Pius Erlangga
Komunitas lain yang juga berkiprah mendukung difabel mencari kerja adalah Kerjabilitas. Didirikan oleh Rubby Emir pada 2015, Kerjabilitas merupakan platform online berbasis website untuk membantu penyandang disabilitas mendapatkan informasi lowongan kerja inklusif dari perusahaan besar dan kecil. Perusahaan-perusahaan itu bisa menerima para difabel sebagai kandidat untuk melamar di perusahaan tersebut.
Kerjabilitas sama seperti platform pencarian lowongan kerja pada umumnya. Angkatan kerja difabel dalam Kerjabilitas ini cukup melakukan registrasi, mengisi informasi identitas, mengunggah CV, dan memilih preferensi lowongan pekerjaan di bidang apa. Setelah itu, mereka mendapat notifikasi dari beberapa pekerjaan yang mereka pilih. Pengguna Kerjabilitas saat ini sudah mencapai 12 ribu user dan terdapat 3.000 mitra perusahaan dari pelbagai sektor, baik skala UMKM, besar, maupun multinasional. Setiap tahun, Kerjabilitas berhasil menempatkan 100-an tenaga kerja difabel dan hingga kini sudah ada 600 difabel yang bekerja di pelbagai sektor.
Rubby juga mengadakan pelatihan yang cukup reguler bernama career coaching untuk membekali angkatan kerja difabel yang rata-rata masih baru atau awam dalam dunia kerja dengan pengetahuan dan keterampilan dasar. Pelatihan ini biasanya berlangsung dua hingga tiga hari secara tatap muka pada awalnya. Namun, karena pandemi, pelatihan dilakukan secara online. Pelatihan yang diberikan adalah tentang memetakan karier impian. “Fokus untuk mengetahui kekuatan diri, minat, dan keterampilan dari angkatan kerja difabel ini,” tutur Rubby.
Setelah membuat peta karier, angkatan kerja difabel ini diajarkan cara membuat CV dan praktik wawancara. Setelah pelatihan selesai, Kerjabilitas akan mencocokkan kemampuan yang dimiliki angkatan kerja difabel dengan perusahaan yang mencari karyawan difabel. “Seperti menjodohkan,” kata pria berusia 42 tahun ini.
Dimulai pada 2018, career coaching sudah memberikan pelatihan terhadap 300-an difabel. Menurut Rubby, mereka yang sudah mengikuti pelatihan akan memiliki tingkat kesuksesan masuk ke dunia kerja mencapai 70 persen. Informasi pelatihan ini biasanya akan disampaikan melalui media sosial, seperti Instagram dan akun Facebook Kerjabilitas. Namun, jika ada pelatihan yang bersifat kerja sama atau disponsori oleh perusahaan yang ingin melakukan perekrutan, biasanya Rubby akan mengkomunikasikan langsung dengan pelamar yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dipilih melalui database situs web Kerjabilitas.
Pekerja Kerjabilitas beraktivitas di kantornya, Yogyakarta. Dok. TEMPO/Pius Erlangga
Rubby menuturkan tidak semua ragam disabilitas dapat mengikuti career coaching ini karena terdapat keterbatasan kapasitas dan moda pelatihan. Pelatihan yang berbasis online otomatis tidak 100 persen aksesibel untuk beberapa disabilitas. Sebagian besar yang mengikuti pelatihan adalah difabel fisik. Selain itu, Rubby melatih difabel netra dan tuli. Sementara itu, orang yang memiliki disabilitas mental menjadi salah satu faktor yang menantang bagi Rubby karena harus diberikan intervensi yang lebih mendalam.
Dukungan yang diberikan akan berbeda untuk setiap ragam disabilitas. Pertama, Rubby akan melihat dari hambatan yang dialami mereka saat mengakses layanan Kerjabilitas. Setelah berhasil diidentifikasi, Rubby akan berusaha mengatasi hambatan tersebut. Untuk hambatan komunikasi yang dialami oleh insan tuli, misalnya, Rubby membuat bahasa yang terdapat pada website dengan sederhana dan berkalimat pendek, serta mencantumkan caption atau subtitle pada video. Saat pelatihan, Rubby juga menghadirkan juru bahasa untuk memudahkan komunikasi.
Untuk pelatihan hard skill, Kerjabilitas bekerja sama dengan balai latihan kerja (BLK) di pelbagai kota. Instruktur BLK sebelumnya diberikan pelatihan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) agar menerima dan dapat melatih siswa dengan disabilitas karena sebelumnya BLK ini tidak menerima difabel dengan alasan belum memiliki pengetahuan serta kapasitas dalam melatih.
Hingga saat ini, sudah ada enam BLK di Kota Solo, Semarang, Lombok Timur, Bekasi, Medan, dan Makassar yang diberikan pelatihan atas kerja sama Kerjabilitas dengan Kemnaker. “Misi kami sejak 2018 adalah mendorong BLK se-Indonesia untuk inklusif,” ujar Rubby. Ke depan, angkatan kerja difabel ini dapat mengakses pelatihan secara gratis yang ada di BLK daerah masing-masing. “Mereka juga akan dapat sertifikat.”
Program unggulan dari Kerjabilitas ini terdiri atas career coaching atau pelatihan yang selalu dikombinasikan dengan pemagangan dan job matching. “Jadi 3 in 1 programme,” kata Rubby. Ia menuturkan setiap pemagang belum tentu diterima di perusahaan tempat tujuan magang karena perusahaan ataupun pemagang memiliki kriteria masing-masing dalam menentukan pilihan.
Yang paling sering terjadi dalam operasional sehari-hari adalah saat ada lowongan dan pelamar akan coba Rubby hubungkan satu sama lain. “Kadang-kadang enggak harus lewat pemagangan. Saat ada kebutuhan lalu ada talent, maka kita coba comblangin.”
Pekerja Kerjabilitas beraktivitas di kantornya, Yogyakarta. Dok. TEMPO/Pius Erlangga
Selain layanan untuk pelamar atau pengguna Kerjabilitas, Rubby memberikan layanan aksesibilitas kantor dan screening kandidat dengan tujuan agar perusahaan tersebut dapat menjadi perusahaan inklusif, yang bisa mempekerjakan difabel tanpa diskriminasi.
Untuk mendapatkan cap perusahaan inklusif, Rubby akan menilai aksesibilitas lingkungan kerja secara berbayar. Penilaian itu terdiri atas pengecekan fasilitas dan lingkungan kerja dari luar hingga dalam. Rubby akan melihat perusahaan tersebut memiliki aksesibilitas yang baik bagi ragam disabilitas tertentu.
Rubby juga mengecek sarana non-fisik terkait dengan kebijakan, cara komunikasi, perilaku karyawan, atau manajemen perusahaan tersebut sudah ramah penyandang disabilitas atau belum. Setelah membuat penilaian yang komprehensif, Rubby akan membuat rekomendasi apa saja yang perlu ditingkatkan agar menjadi perusahaan yang inklusif.
Pelayanan kedua adalah screening para disabilitas yang menjadi bagian dari job matching. Misalnya, saat ada perusahaan yang ingin merekrut atau mempekerjakan para difabel sesuai dengan kriteria atau domisili perusahaan tersebut. Maka, Rubby akan mencarikan data pelamar yang sesuai melalui user base Kerjabilitas yang tergolong banyak. Pelayanan ini berbayar untuk tujuan mendukung operasional dan mengadakan pelatihan yang reguler.